Sunday, March 25, 2012

Pendekatan Behaviorisme


Pendekatan behavioral
Seringkali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya berlebihan atau ia kekurangan tingkah laku yang pantas. Konselor yang mengambil pendekatan behavioral membantu klien untuk belajar cara bertindak yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebih. Dengan perkataan lain, membantu klien agar tingkah lakunya menjadi lebih adaptif dan menghilangkan yang maladaptif (Gladding, 2004).
Pendekatan behavioral merupakan pilihan untuk membantu klien yang mempunyai masalah spesifik seperti gangguan makan, penyalahgunaan zat, dan disfungsi psiko seksual. Juga bermanfaat untuk membantu gangguan yang diasosiasikan dengan anxietas, stres, asertivitas, berfungsi sebagai orang tua dan interaksi sosial (Gladding, 2004).
Menurut Gladding (2004), B.F. (Burrhus Frederick) Skinner adalah orang yang bertanggungjawab untuk mempopulerkan penanganan gangguan secara behavioral.
[1]

Metode behavioral dalam konseling

Modifikasi perilaku (behavior modification) adalah sebuah teknik yang berangkat dari konsepsi Skinnerian bahwa dalam setiap situasi atau dalam merespon setiap stimulus seseorang sudah memiliki perbendaharaan responds yang sesuai dengan stimulus tersebut. Prinsip ini dikenal dengan istilah operant conditioning (pengkondisian operan). Contohnya seperti kawannya bertanyakan sesuatu dan dia akan merespon dengan menjawab, mengacuhkannya, atau lari. Skinner (1953)berpendapat bahwa responds yang akan dikeluarkan adalah yang paling sering dikuatkan di masa lalu.
[2]

Pandangan tentang manusia

Gladding menyatakan ide dalam tingkah laku sebagai suatu kelompok besar:
1) Konsentrasi pada proses-proses tingkah laku, yaitu berbagai proses yang diasosiasikan dengan tingkah laku yang kelihatan
2) Fokus pada tingkah laku yang kini dan sekarang (here and now), dan bukan yang lampau dan sudah lalu
3) Asumsi bahwa semua tingkah laku dipelajari, baik yang adaptif maupun yang maladaptif
4) Suatu kepercayaan bahwa belajar merupakan cara efektif untuk mengubah tingkah laku maladaptif
5) Memfokuskan pada sasaran terapi yang jelas
6) Menolak ide bahwa kepribadian manusia terdiri dari berbagai macam trait.

Corey (2001) mengatakan bahwa terapi behavioral yang modern tidak mempunyai asumsi deterministik tentang manusia yang menganggap manusia hanya sebagai produk dari kondisioning sosio kultural. Individu adalah hasil produksi dan juga yang memproduksi lingkungannya. Corey (2001) melihat Skinner sebagai penganut teori tingkah laku yang radikal dan tidak mengakui kemungkinan diri sebagai penentu dan kebebasan diri. Kecenderungan sekarang adalah untuk mengajarkan pengendalian kepada klien, dengan demikian meningkatkan kebebasan mereka. Modifikasi tingkah laku bertujuan meningkatkan keterampilan individu sehingga mereka mempunyai lebih banyak pilihan dalam memilih suatu tingkah laku.
Bagi para ahli modifikasi tingkah laku, penting guna menemukan bukti empirik dan dukungan ilmiah untuk teknik yang mereka pakai. Beberapa ahli yang menyingkapi pembelajaran sosial-kognitif menekankan bahwa orang memperoleh pengetahuan dan tingkah laku baru dengan cara mengamati orang lain dan berbagai macam kejadian tanpa mereka sendiri harus melakukan tingkah laku tersebut dan tanpa konsekuensi langsung kepada diri mereka (misalnya modeling). Tipe belajar ini tidak memerlukan partisipasi aktif.

Peran konselor

Pada umumnya konselor yang mempunyai orientasi behavioral bersikap aktif dalam sesi konselling. Klien belajar, menghilangkan atau belajar kembali bertingkah laku tertentu. Dalam proses ini, konselor berfungsi sebagai konsultan, guru, penasehat, pemberi dukungan dan fasilitator. Ia bisa juga memberi instruksi atau mensupervisi orang-orang pendukung yang ada di lingkungan klien yang membantu dalam proses perubahan tersebut. Konselor behavioral yang efektif beroperasi dengan perspektif yang luas dan terlibat dengan klien dalam setiap fase konselling (Gladding, 2004).
[3]

Teknik-teknik konseling

Teknik-teknik tingkah laku umum

a) Skedul penguatan
Bila suatu tingkah laku baru saja dipelajari, maka tingkah laku itu harus diperkuat setiap kali muncul dengan perkataan lain penguatan yang berlangsung terus. Setelah terbentuk, frekuensi penguat dapat dikurangi dengan perkataan lain memakai penguat intermiten, supaya tingkah laku tetap bertahan.
b) Shaping
Tingkah laku yang dipelajari secara bertahap dengan pendekatan suksesif. Untuk mempelajari keterampilan baru, konselor dapat memecah-mecah tingkah laku ke dalam unit-unit, dan mempelajarinya dalam unit-unit kecil.
c) Ekstingsi
Eliminasi dari tingkah laku karena penguat tidak diberikan lagi. Hanya sedikit individu yang mau melakukan sesuatu yang tidak memberi keuntungan.

Teknik-teknik spesifik

a) Desensitisasi sistematik
Rancangan bagi membantu klien mengatasi anxietas dalam situasi-situasi tertentu. Klien diminta supaya mengambarkan situasi yang menimbulkan kecemasan, sampai tidak menimbulkan keprihatinan. Konselor mengajar klien untuk rileks secara fisik dan mental.
b) Pelatihan asertivitas
Klien belajar untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif dan assertif. Tujuannya agar klien belajar bertingkah laku assertif.
c) Time-out
Teknik aversif yang sangat ringan. Klien dipisahkan dari kemungkinan mendapatkan penguat positif. Sangat efektif bila digunakan untuk waktu yang singkat, misalnya 5 menit.
d) Implosion dan flooding
Terapi implosif sebagai suatu teknik yang sudah lanjut (advanced) yang mencakup mendesensitisasi klien dengan cara meminta klien membayangkan suatu situasi penimbul anxietas yang bisa berakibat parah. Klien tidak diajarkan untuk rileks terlebih dahulu. Flooding lebih ringan sifatnya, karena situasi penimbul anxietas yang dibayangkan tidak menimbulkan konsekuensi yang parah.

Ciri-ciri utama aliran behaviorisme

Aliran ini menitikberatkan perhatiannya pada tingkah laku lahiriah, karena hal tersebut dianggap sebagai gambaran tentang perasaan bathin atau jiwa.[4]
Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman-pengalaman bathin dikesampingkan. Dan hanya berubah dan gerak-geri pada badan sajalah yang dipelajari. Maka sering dikatakan bahwa behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.
Segala macam perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadaran, yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu kompleks refleks atau suatu mesin reaksi.
Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa. Manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek mengikut hatinya.[5]

Pendapat para pengikut behavior

Pandangan James tentang filsafat dan psikologi adalah:
a) Tiap berpikir mengandung maksud tertentu, yaitu menyempurnakan hidup.
b) Segala kenyataan bersifat pragmatis, yakni mengandung maksud-maksud tertentu, dan kenyataan itu hanya berarti kalau ada faedahnya dari manusia.
c) Nilai pengetahuan manusia harus diuji pada kehidupan yang praktis. Benar tidaknya sesuatu pikiran itu dapat dilihat dari dapat tidaknya pikiran itu dipraktikkan, dan terbukti atau tidaknya maksud yang dikandung di dalamnya.
d) Semboyan kaum Behaviorisme “The truth is in the making”. Benar ialah apa yang dalam praktik ternyata tepat dan menguntungkan. Tidak benar, ialah apa yang dalam praktik tidak memberi hasil.

No comments:

Post a Comment